NAMA  : CHRONIKA SIMATUPANG
KELAS : TELKOMMIL 
NOSIS  : 20190421-E 




DATA PENUGASAN 
PROGRAM DIPLOMA 4 ANGAKAT 4
( JARINGAN KOMPUTER )


LAPORAN TUGAS KE 2
JURNAL TENTANG KAJIAN ALGORITMA
DALAM JARINGAN KOMPUTER



KAJIAN ALGORITMA ROUTING DALAM JARINGAN KOMPUTER

Doro Edi
Jurusan Sistem Informasi
Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Kristen Maranatha
Jl. Prof. Drg. Suria Sumantri No. 65 Bandung 40164


Abstract
Routing is the act of moving information across an internetwork from a source to a
destination.  Routininvolves  twbasic activities: determininoptimal  routing paths and transporting information groups (typically called packets) through an internetwork. In the context of the routing process, the latter of these is referred to as packet switching. Routing algorithms can be differentiated based on several key characteristics. First, the particular goals of the algorithm designer affect the operation of the resulting routing protocol. Second, various types of routing algorithms exist, and each algorithm has a different impact on network and router resources.  Finally,  routing  algorithms  use  a  variety  of  metrics  that  affect calculation of optimal routes

Keywords: routing algorithm, static routing, dynamic routing

1.       Pendahuluan
Routing merupakan proses dimana sesuatu dibawa dari satu lokasi ke lokasi
lainnya. Contoh riil sesuatu yang membutuhkan perutean adalah surat, panggilan telepon,  perjalanan kereta  api,  dan lain sebagainya.  Pada  suatjaringan router adalah perangkat yang digunakan untuk merutekan trafik jaringan.
Untuk dapat melakukan perutean, suatu router, atau entitas apapun yang membangun routing, melakukan beberapa langkah berikut ini:
   Mengetahui  Alamat  tujuan   Ke  tujuan  (alamat)  mana  sesuatu  yang dirutekan dikirim?
   Mengenali  sumber-sumber  informasi  perutean   Dari  sumber-sumber (router-router lain) mana saja suatu router dapat  mempelajari jalur-jalur menuju tujuan?
   Menemukan rute-rute Jalur-jalur atau rute-rute mana saja yang mungkin dapat dilalui untuk mencapai alamat tujuan?
   Memilih jalur atau rute Memilih jalur atau rute terbaik untuk menuju alamat tujuan yang dimaksud.
   Memelihara dan memverifikasi informasi routing Apakah jalur-jalur ke tujuan yang telah diketahui masih berlaku dan benar?
Pada suatu sistem jaringan komputer, router mempelajari informasi routing
dari  sumber-sumber  routing-nya  yang  terletak  di  dalam tabel  routing  (routing
table). Router akan berpedoman pada tabel ini untuk menyatakan port mana yang digunakan mem-forward paket-paket yang ditujukan kepadanya.
   Jika  jaringan  tujuan  terhubung  langsung  dengan  router,  maka  router sudah mengetahui port mana yang digunakan untuk mem-forward paket.
   Jika jaringan tujuan tidak terhubung langsung dengan router, maka router harus mempelajari rute terbaik untuk mem-forward paket ke tujuan.


47


2.       Static Routing dan Dynamic Routing
Secara  umumekanisme  koordinasi routing  dapat dipelajari oleh router dalam dua metode, yaitu:
   Dimasukkan secara manual  oleh administrator  jaringan,  disebut  Static
Routes.
   Dikumpulkan melalui proses-proses dinamis yang berjalan di  jaringan, disebut sebagai Dynamic Routes.

2.1.    Static Routing
Routing statik (static route) adalah pengaturan routing paling sederhana yang
dapat dilakukan pada jaringan komputer. Static route adalah rute-rute ke host atau jaringan tujuan yang dimasukkan secara manual oleh administrator jaringan ke route  table  suatrouter.  Static  route  mendefinisikaalamat  IP  hop  router berikutnya dan interface lokal yang digunakan untuk mem-forward paket ke tujuan tertentu (hop router berikutnya).
Static route memiliki keunggulan untuk menghemat bandwidth jaringan karena static route tidak membangkitkan trafik route update untuk memberikan informasi perubahan rute yang berlaku (sah) saat ini ke router-router lain. Penggunaan routing statik dalam sebuah jaringan yang kecil tentu bukanlah suatu masalah, hanya beberapa entri yang perlu diisikan pada forwarding table di setiap router.
Namu tentu   dapa dibayangka bagaiman jika   harus   melengkapi
forwarding table di setiap router yang jumlahnya tidak sedikit dalam jaringan yang besar. Apalagi jika untuk mengisi entri-entri di seluruh router di Internet yang jumlahnya banyak sekali dan terus bertambah setiap hari. Jadi penggunaan static route cenderung membutuhkan waktu ekstra ketika memanajemen jaringan. Hal ini disebabkan karena sistem administrator harus secara manual meng-update route table setiap terjadi perubahan konfigurasi jaringan.

2.2.    Dynamic Routing
Routing dinamik adalah cara yang digunakan untuk melepaskan kewajiban mengisi  entri-entri forwarding  table secara  manual.  Protokol  routing  mengatur
router-router sehingga dapat berkomunikasi satu dengan yang lain dan saling memberikan informasi routing yang dapat mengubah isi forwarding table, tergantung  keadaan  jaringannya Dengan  car ini router-route mengetahui
keadaan jaringan yang terakhir dan mampu meneruskan datagram ke arah yang benar.
Routing dinamik yang popular saat ini mengacu pada dua tipe algoritma yang dikenalkan oleh Bellman Ford dengan algoritma distance vectornya dan oleh Djikstra dengan algoritma link statenya. Cisco kemudian mengembangkan protocol untuk perangkat routernya yang merupakan gabungan dari kedua algoritma tersebut yang diberi nama protocol EIGRP.

2.2.1.         Algoritma Distance Vector
Protokol   distanc vector   bekerj denga memberika router-router
kemampuan  untuk  mempublikasikan  semua  rute-rute  yang  diketahui  (router bersangkutan) keluar ke seluruh interface yang dimilikinya.
Router  yansecara  fisiberada  pada  jaringan  yang  sama  dinamakan neighbor. Jika router-router mempublikasikan rute-rute yang diketahuinya melalui seluruh interface-nya, dan seluruh neighbor menerima routing update, maka setiap



router akan juga mengetahui rute-rute yang dapat dilalui ke seluruh subnet suatu jaringan.
Beberapa hal berikut ini akan lebih mempermudah memahami konsep dasar
distance vector:
      Router secara otomatis akan menambahkan subnet-subnet yang terhubung langsung ke dalam routing table tanpa menggunakan protokol routing.
      Router  mengirim  routing  update  keluar  ke  seluruh  interface-nya  untuk memberitahu rute-rute yang telah diketahuinya.
      Router  “memperhatikan”  routing  update  yang  berasal  dari  neighbor-nya, sehingga router bersangkutan dapat mempelajari rute-rute baru.
      Informas routing   berupa   nomo subne da suat metrik Metrik mendefinisikan seberapa baik rute bersangkutan. Semakin kecil nilai metrik, semakin baik rute tersebut.
      Jika  memungkinkan,  router  menggunakan  broadcast  dan  multicast  untuk mengirim  routing  update.  Dengan    menggunakan  paket  broadcast  atau
multicast,  seluruh  neighbor  dalam suatLAN  dapat  menerima  informasi
routing yang sama untuk sekali update.
      Jika suatu router mempelajari multirute untuk subnet yang sama, router akan memilih rute terbaik berdasarkan nilai metriknya.
      Router mengirim update secara periodik dan menunggu menerima update secara periodik dari router-router neighbor.
      Kegagalan menerima update dari neighbor pada jangka waktu tertentu akan menghasilkan pencabutan router yang semula dipelajari dari neighbor.
    Router berasumsi bahwa rute yang diumumkan oleh suatu router X, router
next-hop dari rutenya adalah router X tersebut.

Beberapa fitur Protokol Distance Vector :
a)      Route Poisoning
Routing  loop  dapat  terjadi  pada  protokol  distance  vector  routing  ketika router-router memberitahukan bahwa suatu rute berubah dari kondisi valid ke tidak valid. Konvergensi yang lambat akan mengakibatkan router neighbor terlambat mendapat pemberitahuan kondisi tersebut, sehingga router neighbor tetap mengangga rute   tersebut   valid   (denga ho 1) Ketik route neighbor mengirimkan pemberitahuan keluar ke seluruh interfacenya, router pertama (yang memberitahukan kegagalan hubungan) akan mendapat informasi bahwa hubungan yang tidak valid tersebut dapat dicapai dari router neighbor dengan hop 2. Kedua router akan terus saling memberi informasi rute yang salah tersebut disertai dengan menaikkan informasi hop-nya.
Dengan Route poisoning,  router  tidak akamemberitahukan status  tidak valid pada suatu rute yang gagal. Tetapi akan tetap memberikan informasi keadaan rute yang gagal dengan status valid. Rute tersebut akan diberi metrik yang sangat besar, sehingga router lain akan menganggap rute tersebut sebagai rute yang tidak valid.

b)      Split Horizon
Fitur Route poisoning tidak seluruhnya dapat mengatasi kondisi looping. Pada kasus di atas, ketika suatu router  memberitahukan suatu rute yang  gagal dengan metrik yang sangat besar, router neighbor kemungkinan tidak langsung


mendapat  pemberitahuaini.  Jika  router  neighbor  kemudiamemberitahu  rute yang tidak valid tersebut ke router pertama (yang memberitahukan kegagalan hubungan) bahwa rute tersebut dapat dicapai dari dirinya dengan metrik yang jauh lebih baik, maka kondisi di atas dapat terjadi lagi.
Split horison mengatasi masalah ini dengan memberikan aturan bahwa suatu router yang mendapat pemberitahuan update informasi melalui interface x, tidak akan mengirimkan pemberitahuan yang sama ke interface x pula.

c)       Split Horizon with Poison Reverse
Split horizon with poison reserve merupakan varian dari split horizon. Pada
kondisi stabil, router bekerja dengan fitur split horizon. Tetapi ketika suatu rute gagal, router neighbor yang mendapat informasi ini akan mengabaikan aturan split horizon, dan kemudian mengirimkan kembali informasi tersebut ke router pertama dengan metrik yang sangat besar pula. Metode ini dapat memastikan bahwa seluruh router mendapat informasi yang benar mengenai kondisi rute tersebut.
d)      Hold-Down Timer
Kondisi  looping  masih  tetap  terjadi  pada  jaringan  redundant  (jaringan dengan lebih dari satu jalur) walaupun fitur split horizon telah diaktifkan. Hal ini dimungkinkan karena suatu router dalam jaringan dapat memperoleinformasi mengenai rute yang sama melalui lebih dari satu jalur dan router. Oleh karenanya ketika suatu rute diinformasikan tidak valid oleh router bersangkutan, maka router neighbor pada saat yang sama juga mungkin mendapat informasi dari router lain dengan metrik yang masih dapat dijangkau. Informasi rute valid ini (poison) kemudian disampaikan ke router pertama, sehingga kondisi looping akan terjadi.
Hold-Down Timer mengatasi masalah ini dengan memberikan aturan bahwa ketika suatu router yang mendapat pemberitahuan suatu rute tidak valid, router tersebut akan mengabaikan informasi rute-rute alternatif ke subnet bersangkutan pada suatu waktu tertentu (hold-down timer).

e)       Triggered (Flash) Updates
Protokol distance vektor biasanya mengirimkan update secara reguler berdasarkainterval  waktu  tertentu.  Oleh  karenanya  banyak  masalah  looping terjadi sesaat setelah suatu rute tidak valid. Hal ini disebabkan karena beberapa router tidak segera mendapat informasi ini.
Beberapa router mengatasi masalah ini dengan menggunakan fitur triggered update  ataflash  update,  dimana  router  akasegera  mengirim pemberitahuan update baru sesaat setelah suatu rute tidak valid. Dengan demikian informasi perubahan status rute dapat segera di-forward-kan secara lebih cepat, sehingga pengaktifan hold-down timer di sisi router neighbor juga lebih cepat.



RIP dan IGRP
RIP (Routing Information Protocol) dan IGRP (Interior Gateway Routing
Protocol) merupakan dua standar protokol routing berbasis distance vector routing protocol. RIP dan IGRP memiliki banyak kesamaan secara logik. Beberapa perbedaan penting dari kedua protokol routing ini diperlihatkan pada tabel berikut ini:




Tabel 1.  Perbedaan antara RIP dan IGRP
          Function        
      RIP     
                           IGRP                       
Update Timer
30 detik
90 detik

Metric

Hop count
Fungsi bandwidth dan delay (default),
Dapat juga berisi reliability, load, dan
MTU
Hold-Down Timer
180
280
Flash (Triggered)
Updates

Ya

Ya
Mask Sent in Update
Tidak
Tidak
Infinite-metric Value
16
4.294.967.295

IGRP Metric memberikan penghitungan yang lebih baik mengenai seberapa baik rute-rute yang ada dibandingkan RIP metric. IGRP metric dihitung menggunakan pengukuran bandwidth dan delay pada interface dimana informasi update diterima. Hal ini akan memberikan arti yang lebih baik dibandingkan metrik berdasarkan hop count.
RIP menggunakan penghitungan hop untuk besaran metriknya. Ketika informasi update diterima, metrik dari setiap subnet dalam informasi update merupakan  jumlarouter  yang  dilalui  oleh  informasi  antara  router  penerima dengan setiap subnet. Hal ini dapat dilakukan karena sebelum mengirim informasi update, router akan menambah satu nilai metrinya untuk setiap subnet.

2.2.2.         Algoritma Link State
Algoritma  dasar  kedua   yang  digunakan  dalam  proses  routing  adalah
algoritma  link-state.  Algoritma  routing  link-state-based  dikenal  juga  sebagai
shortest path first (SPF). Algoritma ini mengelola suatu database kompleks dari informasi topologi. Jika algoritma distance vector tidak memiliki informasi spesifik mengenai jaringan-jaringan jauh dan tidak mengetahui router-router jauh, maka algoritma routing link-state mengelola secara penuh pengetahuan mengenai jarak router dan bagaimana mereka terhubung.
Routing  link-state  menggunakan  link-state  paket  (LSP),  suatu  database
topologi, algoritma SPF, yang menghasilkan SPF tree, dan pada akhirnya akan dihasilkan routing table dari jalur dan port untuk setiap jaringan.
Routing link-state memiliki keunggulan pada jaringan besar karena beberapa alasan berikut:
   Protokol link-state hanya mengirim update dari topologi yang  berubah saja.
   Periode update lebih jarang dibanding protokol distance vector.
   Routing link-state dapat disegmentasi ke dalam hirarki-hirarki area yang dapat membatasi jangkauan perubahan-perubahan rute.
   Mendukung classless addressing.
   Routing link-state mengirim subnet mask bersama dengan update routing.


Protokol routing link-state mengurangi trafik broadcast karena protokol ini tidak secara periodik melakukan broadcast ataupun mengirimkan seluruh isi tabel routing-nya ketikmelakukan broadcast. Protokol routing link-state melakukan pertukaran salinan lengkap tabel rutenya ketika inisialisasi berlangsung. Selajutnya pertukaran update rutenya dilakukan secara multicast dan hanya pada saat terjadi perubahan (dibangkitkan oleh perubahan topologi). Dengan demikian kondisi ini memungkinkan hanya perubahan saja yang dikirim ke router-router lain, bukan seluruh route table-nya.
Berbeda dengan protokol distance vector, protokol link-state harus menghitung informasi metrik rute yang diterimanya. Router akan menghitung seluruh cost yang berhubungan dengan link pada setiap rute untuk mendapatkan metrik rute-rute yang terhubung. Hal ini mengakibatkan router-router yang menggunakan protokol link-state bekerja lebih berat dan memerlukan lebih banyak memory serta siklus pemrosessan.

Tabel 2.  Perbandingan Protokol Link-State dan Distance Vector.

              Fitur            
        Link-State      
      Distance Vector    

Convergence Time

Cepat
Lambat, terutama
disebabkan oleh fitur
loop-avoidance

Loop Avoidance

Built in dalam protokol
Membutuhkan fitur
tambahan seperti split horizon

Memory and CPU Requirements
Bisa besar;

Rendah
diminimalkan dg
dsain yg baik
Requires Design

Ya

Tidak
Effort
for Large Networks
Public Standard or
OSPF adalah standar
publik
RIP terdefinisi secara
publik, IGRP tidak
Proprietary

Open Shortest Path First (OSPF)
OSPF adalah protokol routing yang diperuntukkan bagi jaringan IP dengan
Interior Gateway Protocol (IGP) oleh working group dari Internet Engineering Task Force (IETF). OSP memiliki dua karakteristk utama, yaitu open standard dan berbasis  pada algoritma  SPF yang kadangkala  direferensikan dengan algoritma Dijkstra (seseorang yang memiliki kontribusi pembuatan algoritma SPF).
Proses dasar pembelajaran rute-rute OSPF untuk pertamakalinya umumnya:
   Setiap router menemukan neighbor melalui setiap interface-nya.  Daftar setiap neighbor di simpan dalam tabel neighbor.
   Setiap router  menggunakan protokol tertentu untuk bertukar  informasi topologi (LSA) dengan neighbor-nya.
   Setiap router  menyimpan informasi topologi yang dipelajarinya  dalam database topologi.
   Setiap  router  menjalankan  algoritma  SPF  pada  database  topologinya untuk menghitung rute-rute terbaik dari setiap subnet di database.
   Setiap router menyimpan rute-rute terbaik ke setiap subnet ke dalam tabel routing-nya



Beberapa fitur Protokol link state :
a.       Steady-State Operation
Tidak seperti protokol distance vector, protokol link-state menjaga hubungan dengan  neighbor  melalui  pengiriman  paket-paket  kecil  secara  tak  berkala  dan jarang (kadang-kadang). OSPF menyebut paket kecil ini dengan Hello packets. Hello packet secara sederhana  mengidentifikasi subnedan keaktifan link serta router neighbor.
Ketika router gagal menerima paket Hellos dari neighbor pada suatu interval
tertentu (dinamakan dead interval), router akan mempercayai bahwa router bersangkutan  mengalami  kegagalan  dan  menandainya  dengadown pada database topologi-nya. Kemudian router berhenti menerima paket Hello dan mulai menjalankan Dijkstra untuk menghitung kembali rute-rute baru.

b.       Loop Avoidance
Algoritm SP mencega loo yang   secar natura tela dilakukan bersamaan dengan pemrosessan database topologi, sehingga tidak diperlukan fitur loop-avoidance seperti split horizon, poison reserve, hold down timer, dan lain sebagainya.

c.       Scalling OSPF Through Hierarchical Design
Pada jaringan besar dengan ratusan router, waktu konvergensi OSPF dapat
melambat, dan membutuhkan banyak memory, serta pembebanan prosessor. Masalah ini dapat diringkas sebagai berikut:
   Pada  topologi  database  yang  besar  dibutuhkan  lebih  banyak  memory dalam setiap router.
   Pemrosessan  database  topologi  yang  besa dengan  algoritm SPF membutuhkan  daya  pemrosesan  yang  bertambah  secara  eksponensial sebanding dengan ukuran database topologi.
   Satu perubahan status interface (up ke down atau down ke up)  memaksa setiap router untuk menjalankan SPF lagi.
Meskipun demikian, tidak ada definisi yang tepat untuk mendeskripsikan
jaringan besar. Sebagai patokan (sangat umum, bergantung pada desain, model, router,  dan  lain-lain),  untuk  jaringan  dengan  paling  sedikit  50  router  dan  100 subnet, fitur OSPF scalability seharusnya digunakan untuk mengurangi problem di atas.

d.       OSPF Area
Penggunaan  OSPF  area  dapat  memecahkan  banyak  (tidak  semuanya)
permasalahan mendasar ketika menjalankan OSPF pada jaringan besar. OSPF area memecah-mecah jaringan sehingga router dalam satu area lebih sedikit mengetahui informasi topologi mengenai subnet pada area lainnya. Dengan database topologi yang lebih kecil, router akan mengkonsumsi memory dan proses yang lebih sedikit.
OSPF menggunakan istilah Area Border Router (ABR) untuk mendeskripsikan suatu router yang berada diantara dua area (perbatasan). Suatu ABR memiliki database topologi untuk kedua area tersebut dan menjalankan SPF ketika status link berubah pada salah satu area. Penggunaan area tidak selamanya mengurangi  kebutuhan  memordasejumlapenghitungaSPF  untuk  router ABR.



e.       Stub Area
OSPF  mengijinkan  pendefinisian  suatu  area  sebagai  stub  area,  sehingga
dapat mengurangi ukuran database topologi. OSPF juga mengijinkan varian area lain yang dapat mengurangi ukuran database topologi, dimana juga akan mempercepat pemrosessan algoritma SPF.
Tipe area terbaru saat ini adalah Totally Not-So-Stubby Area (TNSSA).



2.2.3.         Balanced Hybrid Routing Protocol
Cisco menggunakan istilah balanced hybrid untuk mendeskripsikan protokol
routing yang dipakai oleh EIGRP (enhanced IGRP). Hal ini dikarenakan EIGRP
memiliki beberapa fitur seperti protokol distance vector dan protokol link-state.
EIGRP menggunakan formula berbasis bandwidth dan delay untuk menghitung metrik yang bersesuaian dengan suatu rute. Formula ini mirip dengan yang digunakan oleh IGRP, tetapi jumlahnya dikalikan dengan 256 untuk mengakomodasi perhitungan ketika nilai bandwidth yang digunakan sangat tinggi.
EIGRP  melakukan  konvergenssecara  cepat  ketika  menghindari  loop. EIGRP tidak melakukan perhitungan-perhitungan rute seperti yang dilakukan oleh protokol link-state. Hal ini menjadikan EIGRP tidak membutuhkan desain eksta, sehingga  hanya  memerlukan  lebisedikit  memory  dan  proses  dibandingkan protokol link-state.
Konvergensi  EIGRP  lebih  cepat  dibandingkan  dengan  protokol  distance
vector. Hal ini terutama disebabkan karena EIGRP tidak memerlukan fitur loop- avoidance yang pada kenyataannya menyebabkan konvergensi protokol distance vector melambat. Hanya dengan mengirim sebagian dari routing update (setelah seluruh informasi routing dipertukarkan), EIGRP mengurangi pembebanan di jaringan.
Salah satu kelemahan utama EIGRP adalah protokol ini Cisco-proprietary, sehingga jika diterapkan pada jaringan multivendor diperlukan suatu fungsi yang disebut route redistribution. Fungsi ini akan menangani proses pertukaran rute router diantara dua protokol link-state (OSPF dan EIGRP).

Tabel 3.  Fitur EIGRP dibandingkan dengan OSPF dan IGRP.
                                Fitur                             
EIGRP
IGRP
 OSPF
Mengenali router tetangga sebelum
mempertukarkan informasi routing

Ya

Tidak

Ya
Membangun tabel topologi selain
menambahkan route kedalam tabel routing

Ya

Tidak

Ya
Cepat berkonvergensi
Ya
Tidak
Ya
Secara default menggunakan metrik yang
didasarkan bandwidth dan delay

Ya*

Ya

Tidak
Mengirimkan seluruh informasi routing pada
setiap siklus routing update

Tidak

Ya

Tidak
Membutuhkan fitur distance vector loop-
avoidance

Tidak

Ya

Tidak
Standar publik
Tidak
Tidak
Ya
*EIGRP menggunakan metrik yang sama seperti IGRP, kecuali penskalaan
metrik dikalikan dengan 256.




3.       Kesimpulan
      Untuk jaringan berskala kecil algoritma routing yang sesuai adalah routing secara  statik karena  lebih  menghemat  bandwidth sedangkan untuk jaringan
berskala besar lebih tepat menggunakan dynamic routing.
      Protokol     RIP     banyak     digunakan     karena     kesederhanaan     dalam mengimplementasikannya.
      Algoritma link state lebih baik dibandingkan algoritma distance vector dilihat dari sisi waktu konvergensi dan tidak adanya routing loop di dalam jaringan.
      Algoritma EIGRP yang dikembangkan Cisco sudah menggabungkan kelebihan dari algoritma link state dan algoritma distance vector, tetapi teknologi ini
tidak banyak didukung oleh vendor router yang lain (Cisco proprietary).

Daftar Pustaka

1.   Andrea, S. 1989. Computer Networks. Prentice Hall.
2.   Compute Networ Researc Group,   ITB Me 1999,   ole Adnan
Basamalah, Lutfi Wisbiono Arif, Joko Yulianto.
3.   Keiser, GE. 1989. LAN. McGraw-Hill
4 Stage 1 Intelligent Network Service Descriptions, Divisi RisTI TELKOM, Bandung, 1997.
5.   Stallings, W. Data and Computer Communication third Edition. Maxwell
Maxmilian International.
6.   Tannembaum, A.S. 1996. Computer Network, Prentice Hall.